Sejarah Islam di Eropa
Sejarah Islam di Eropa
Eropa dan dunia Islam
memiliki hubungan erat satu sama lain selama berabad-abad. Pertama, negara
Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan kemudian Perang Salib
(1095-1291) dan penguasaan Utsmani terhadap Balkan (1389), membawa keterkaitan
konstan antara masing-masing masyarakatnya.
Saat ini, banyak sejarawan
dan sosiolog menyatakan bahwa Islam adalah penyebab utama gerakan Eropa dari
kegelapan Abad Pertengahan menuju kecemerlangan Renaissance.
Pada waktu ketika Eropa masih terbelakang di bidang kedokteran, astronomi,
matematika, dan banyak bidang lain, umat Islam memiliki harta karun pengetahuan
yang luas dan potensi besar untuk berkembang.
ristiwa pertama yang membuat orang Eropa
sadar akan keberadaan penting Islam dalam kehidupan mereka adalah khalifah Umar
bin al-Khattab merebut Yerusalem (638). Hal ini menyebabkan Eropa menyadari
untuk pertama kalinya bahwa Islam telah menyebar dan bahkan mendekati batas
wilayah mereka. Alasan utama Perang Salib, yang terjadi empat abad kemudian,
adalah untuk mengambil kembali Yerusalem dari kaum muslim. Tetapi Tentara Salib
yang ditugaskan untuk tujuan ini memperoleh sesuatu yang lain, karena kontak
mereka dengan dunia Muslim adalah langkah pertama menuju kelahiran kembali
Eropa. Didominasi oleh kegelapan, konflik, perang, dan despotisme, Eropa
menghadapi peradaban dunia Islam yang maju dan melihat bahwa penduduknya sangat
makmur dan beradab, serta cukup maju dalam bidang kedokteran, astronomi, dan
matematika seperti dalam kehidupan sosial mereka. Mereka juga melihat
nilai-nilai yang jarang ditemukan di Eropa pada waktu itu (misalnya, pluralisme,
toleransi, pengertian, belas kasih, dan pengorbanan diri) adalah aspek-aspek
moralitas yang tinggi yang diekspresikan oleh umat Islam, yang menyadari
tanggung jawab keagamaan mereka.
Sementara itu, ketika Perang Salib masih
berkecamuk, masyarakat Eropa juga menjalin hubungan dengan masyarakat Muslim
yang lebih dekat dengan wilayah mereka: kerajaan Islam Andalusia, yang terletak
di bagian selatan benua mereka sendiri. Andalusia memiliki pengaruh budaya yang
kuat pada Eropa hingga keruntuhannya pada akhir abad ke-15. Banyak sejarawan
yang telah mempelajari pengaruh Andalusia atas Eropa sepakat bahwa kerajaan
ini, dengan struktur sosial dan tingkat peradaban tinggi, jauh lebih maju
daripada seluruh Eropa, dan bahwa itu adalah salah satu faktor utama dalam pengembangan
peradaban Eropa. Sejarawan terkemuka Spanyol, Blanco Ibanez menulis bahwa:
Kekalahan di Spanyol tidak datang dari
utara; penakluk Islam datang dari selatan. Ini jauh lebih dari sebuah
kemenangan, itu merupakan suatu lompatan peradaban. Karena kenyataan ini,
peradaban terkaya, paling cemerlang, dan dikenal di Eropa lahir dan berkembang
sepanjang Abad Pertengahan antara abad ke-8 dan abad ke-15. Selama periode ini
bangsa utara yang hancur oleh perang agama, dan sementara mereka bergerak di
tumpukan haus darah, penduduk Andalusia melebihi jumlah 30 juta. Dalam nomor
ini, yang tinggi untuk waktu itu, setiap ras dan agama bergerak bebas dan
dengan kesetaraan, dan denyut nadi masyarakat sangat hidup.
Dengan jalan-jalan
terang-benderang, ibukota Cordoba memberikan contoh mencolok dan kontras dengan
kota-kota Eropa yang menurut sejarawan Inggris, John W. Draper, "Tujuh
ratus tahun setelah ini, tidak lebih dari satu lampu publik di London. Di
Paris, berabad-abad kemudian, siapa pun yang melangkah pada hari-hari hujan,
kakinya berlumur lumpur hingga pergelangan.
Andalusia akhirnya runtuh ada
pada tahun 1492 dengan jatuhnya Granada, kerajaan Islam terakhir di Semenanjung
Iberia. Tapi kemudian, Eropa berhadapan dengan Kekaisaran Utsmani, yang mulai
maju di Balkan pada abad kelima belas sebagai akibat dari beberapa kemenangan
dan konversi massal di kalangan orang-orang Balkan. Konversi ini tidak pernah
dipaksa atau diperoleh dengan tekanan. Pada waktu itu, moralitas Islam yang
diberlakukan oleh Utsmani membuat orang-orang yang menyaksikannya memilih Islam
secara bebas. Peradaban Utsmani dibangun di atas nilai-nilai moral Al-Qur'an
seperti keadilan, kesetaraan, toleransi, dan kasih sayang, dan itu berlaku di
Balkan selama 400 tahun. Bekas-bekasnya masih dapat dilihat di sana (sejumlah
besar peninggalan ini dihancurkan oleh pasukan Serbia dan rudal-rudal selama
perang di Bosnia, tetapi ini tidak mengubah fakta-fakta sejarah). Peradaban
Islam berbasis Al-Qur'an ini merupakan bagian penting dari Eropa. Bahkan saat
ini, cukup banyak umat Islam Eropa tinggal di Balkan.
Salah seoarang orang yang
percaya bahwa peradaban Eropa telah belajar banyak dari Islam dan bahwa kedua
peradaban selalu terkait erat adalah Charles, Pangeran Wales. Pangeran Charles
menggambarkan peradaban Islam dan pengalaman apa yang diajarkan Andalusia dan
Ottoman di Balkan kepada Eropa adalah: diplomasi, perdagangan bebas, terbukanya
perbatasan, teknik riset akademik, semuanya datang dari Andalusia. Abad
Pertengahan Islam adalah agama dengan toleransi yang luar biasa untuk saat itu,
sehingga orang-orang Yahudi dan Kristen boleh mempraktikkan warisan keyakinan
mereka, dan menetapkan contoh yang, sayangnya, tidak dicontoh selama
berabad-abad di Barat. Yang mengejutkan adalah kenyataan bahwa Islam telah menjadi
bagian dari Eropa begitu lama, pertama di Spanyol, kemudian di Balkan, dan
telah memberikan sumbangan yang begitu banyak ke arah peradaban yang semuanya,
secara salah, dianggap sebagai sepenuhnya Barat. Islam adalah bagian dari masa
lalu dan masa sekarang peradaban Barat, di semua bidang usaha manusia. Islam
telah membantu untuk menciptakan Eropa modern. Islam adalah bagian dari warisan
Barat sendiri, bukan hal yang terpisah.
Duta Besar Swedia, Ingmar
Karlsson, dikenal di Turki karena bukunya, Islam dan Eropa, mengatakan
bahwa di masa Andalusia, Kristen, Muslim, dan Yahudi hidup bersama dalam damai
dan ini harus diambil sebagai model di Eropa.
Wakil tinggi Masyarakat
Internasional di Bosnia-Herzegovina, Wolfgang Petritsch, menekankan dalam
sebuah artikel tanggal 20 November 2001 edisi New York Times bahwa perjuangan melawan teror tidak
boleh diarahkan terhadap Islam dan bahwa tidak boleh dilupakan bahwa Islam
sebenarnya merupakan bagian dari Eropa. Dalam artikelnya, "Islam adalah
Bagian dari Barat, Juga," ia menyatakan: "Ketika kami melangkah
keluar dari paradigma kita-dan-mereka, kita mungkin ingat
bahwa Islam adalah bagian dari tradisi Eropa." Menjaga fakta historis ini
dalam pikiran adalah salah satu cara untuk mencegah kekacauan yang diinginkan
oleh para provokator yang mengedepankan tesis "benturan peradaban".
Perbedaan dalam peradaban bukan alasan untuk konflik, melainkan, dapat menjadi
sarana penting untuk memajukan dialog.
var jumlah = 4
0 Response to "Sejarah Islam di Eropa"
Post a Comment