Latar belakang adanya Proklamasi kemerdekaan
Latar belakang lahirnya Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia diawali dengan
dijatuhkannya bom atom oleh
tentara Amerika Serikat pada tanggal
6 Agustus 1945
di kota Hiroshima di Jepang. Kemudian
pada tanggal 9
Agustus 1945 bom atom kedua
dijatuhkan di kota Nagasaki
Jepang.
Hal ini menyebabkan Jepang
menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu yang diketuai oleh Amerika
Serikat. Pada saat itulah kesempatan
dipergunakan sebaik-baiknya oleh
para pejuang kemerdekaan bangsa
Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia terlepas dari
belenggu penjajahan Jepang. Namun
dalam pelaksanaannya terdapat
perbedaan pendapat diantara para
pejuang. Pejuang golongan muda yang
antara lain terdiri
dari Sukarni, Adam Malik, Kusnaini,
Syahrir, Soedarsono,
Soepono, Chaerul Saleh menghendaki
kemerdekaan
secepat mungkin, dan pejuang golongan
tua yang antara
lain Soekarno dan Hatta tidak ingin
terburu-buru karena
mereka tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan
darah pada saat proklamasi. Soekarno
belum yakin bahwa
Jepang memang telah menyerah, dan
dengan proklamasi
kemerdekaan saat itu dapat
menimbulkan pertumpahan
darah yang besar, serta dapat
berakibat sangat fatal jika
para pejuang Indonesia belum siap.
Kemudian pertemuanpun
dilakukan dalam bentuk
rapat PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau
disebut juga Dokuritsu Zyunbi
Linkai dalam bahasa Jepang).
Para pejuang golongan muda
tidak menyetujui rapat itu,
dan menganggap PPKI adalah
sebuah badan yang dibentuk
oleh Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas
usaha bangsa kita sendiri, bukan
dari pemberian Jepang.
Pada saat itu para pejuang golongan
muda kehilangan
kesabaran kemudian mereka menculik
Soekarno dan
Hatta serta membawanya ke
Rengasdengklok, yang
kemudian terkenal
sebagai peristiwa
Rengasdengklok.
Tujuan penculikan
itu adalah agar Ir.
Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh
Jepang. Mereka
m e y a k i n k a n
Soekarno bahwa
Jepang telah
menyerah dan para
pejuang telah siap
untuk melawan
Jepang serta siap menanggung
risikonya. Sementara
itu di Jakarta, golongan muda yang
diwakili Wikana,
dan golongan tua yang diwakili Mr.
Ahmad Soebardjo
melakukan perundingan. Mr. Ahmad
Soebardjo menyetujui
untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia di
Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar
Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok.
Mereka menjemput
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
kembali ke Jakarta.
Mr. Ahmad Soebardjo berhasil
meyakinkan para
pemuda untuk tidak terburu - buru
memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta,
mereka langsung
menuju ke rumah Laksamana Maeda di
Oranye Nassau
Boulevard (sekarang menjadi Jl. Imam
Bonjol No. 1 gedung
museum perumusan teks proklamasi)
yang diperkirakan
aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda
berkumpul di
sana antara lain B.M. Diah, Bakri,
Sayuti Melik, Iwa
Kusumasumantri, Chaerul Saleh, untuk
menegaskan
bahwa pemerintah Jepang tidak campur
tangan tentang
proklamasi. Para pejuang muda
menuntut Soekarno untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan
melalui radio,
disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka
juga menolak
rencana PPKI untuk memproklamasikan
kemerdekaan
pada 16 Agustus 1945.
Di kediaman Laksamana Maeda (Jl. Imam
Bonjol No.
1) para pejuang kemerdekaan melakukan
rapat semalam
suntuk untuk mempersiapkan teks
Proklamasi. Dalam
rapat tersebut dihasilkanlah konsep
naskah Proklamasi
dan telah disepakati konsep
Soekarnolah yang diterima,
kemudian disalin dan diketik oleh
Sayuti Melik, dan
pagi harinya tanggal 17 Agustus 1945
berhubung alasan
keamanan pembacaan teks Proklamasi
dilakukan di
rumah kediaman Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta (sekarang menjadi
Jalan Proklamasi No.
1). Tepat pada jam 10 pagi waktu
Indonesia bagian barat
hari Jum’at Legi, Soekarno yang
didampingi Moh. Hatta
membacakan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
var jumlah = 4
0 Response to "Latar belakang adanya Proklamasi kemerdekaan"
Post a Comment